Sudono dan Hartinah, Sitti(sudono1985@gmail.com, sittihartinah1@gmail.com)
Magister Pedagogi Universitas Pancasakti Tegal
PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi
atau lembaga peran seorang pemimpin sangat vital dalam menentukan organisasi
atau lembaga tersebut untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan. Maju
mundurnya suatu organisasi atau lembaga ditentukan oleh kualitas dan kemampuan
pemimpin dalam memimpin dan membawa organisasinya. Dikutip dalam situs UGM, disebutkan
bahwa pemimpin adalah agen perubahan, yaitu seseorang yang bertindak untuk mempengaruhi
orang lain lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi dirinya. Sedangakan menurut
Daryanto (2011) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu
kelompok yang ada di organisasi, menuju kepada pencapaian tujuan.
Dalam lembaga sekolah, kepala
sekolah mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pemimpin dalam menggerakkan
kehidupan sekolah untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap
maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya. Pada tingkat operasional, kepala sekolah
adalah orang yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya peningkatan-peningkatan
sekolah yang bermutu.
Sekolah sebagai
institusi pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dalam peningkatan mutu, perlu dikelola, diatur, ditata dan
diberdayakan, agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Jika
dilihat secara internal, maka sekolah memiliki perangkat pendidikan berupa guru,
murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Sedangkan jika dilihat secara
eksternal, maka sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik
secara vertikal maupun horizontal. Kepemimpinan kepala sekolah juga merupakan
cara kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan
mengerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain untuk bekerja
serta guna mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan kepala
sekolah merupakan komponen yang sangat penting, karena kepala sekolah berperan
dalam sistem pengelolaan sekolah, mengarahkan dari input, proses dan output
pendidikan di sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah denngan seluruh
substansinya, disamping itu kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber
daya yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Begitu beratnya tugas
seorang kepala sekolah yang ditugaskan untuk mengkoordinir seluruh kegiatan di
sekolah . Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 yang didalamnya menyatakan
bahwa kepala sekolah tidak lagi dibebani tugas mengajar. Kepala Sekolah bukan
lagi sebagai tugas tambahan. Disebutkan dalam pasal 54 ayat 1 bahwa beban kerja
kepala satuan pendidikan sepenuhnya untuk melaksanakan tugas menajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.
Karena begitu urgennya seorang kepala sekolah yang merupakan faktor utama kunci
keberhasilan dalam kemajuan sekolah maka perlu diketahui secara lebih detail
tentang konsep kepala sekolah tersebut.
Menurut Zuryati dkk
(2015) menyebutkan bahwa tugas pokok kepala sekolah terdiri dari pencipta
komunitas pembelajar, leader, manager, dan supervisor. Tugas kepala sekolah
sebagai leader merefleksikan tugasnya sebagai inovator, dan motivator.
Sedangkan tugas kepala sekolah sebagai manager mereprentasikan tugas kepala
sekolah sebagai administrator, karena kegiatan catat-mencatat merupakan salah
satu fungsi manager yaitu reporting. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor
adalah melaksanakan supervisi, yaitu kegiatan profesional dalam rangka
meningkatkan kualitas sekolah dan komponennya secara keseluruhan.
Sebagai pemimpin, kepala
sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan dengan
menggerakkan bawahannya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan
maupun penciptaan iklim dan budaya sekolah yang kondusif bagi terlaksananya
proses belajar mengajar secara efektif, efisien dan produktif. Demikian juga
dengan komponen pendidikan yang ada dalam lembaga pendidikan yang dipimpin
seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah harus memperhatikan kesembilan
komponen penting dalam pendidikan, yaitu Pendidik, murid, materi pendidikan,
perbuatan mendidik, metode pendidikan, evaluasi pendidikan, tujuan pendidikan,
alat-alat pendidikan, dan lingkungan Pendidikan.
Seperti disebutkan di
atas, bahwa tugas kepala sekolah sebagai pemimpin adalah sebagai pengatur bagi
pendidik dan tenaga pendidik yang ada di unit kerjanya. Sebagai pimpinan
seorang kepala sekolah harus mampu sebagai motor penggerak bagi bawahannya,
yaitu dapat memberikan motivasi kepada guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya
yang bermuara pada pencapaian mutu Pendidikan di sekolahnya. Model dan
pendekatan kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah akan sangat
menentukan kemajuan lembaga sekolah yang dipimpinnya, termasuk akan
mempengaruhi semangat dan motivasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan
dalam menjalankan tugasnya.
Dalam peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2017 disebutkan bahwa Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk
mendukung tugas guru tersebut dibutuhkan sosok pemimpin kepala sekolah yang
dapat mengimplementasikan gaya kepemimpinannya yang efektif untuk mendukung dan
dapat meningkatkan motivasi kinerjanya sebagai seorang guru. Sehingga kehadiran
kepala sekolah akan menambah semangat kerja bagi para guru yang ada di sekolah.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Secara etimologis pemimpin dan kepemimpinan
itu berasal dari kata pimpin
atau dalam bahasa Inggris disebut to lead, maka dengan
konjugasi berubah menjadi pemimpin (leader) dan kepemimpinan (leadership). Dimana kata pimpin
sendiri mengandung beberapa arti yang erat kaitannya dengan pengertian
mempelopori, berjalan dimuka, menuntun, membimbing, mendorong, bergerak lebih awal,
memberi contoh, menggerakkan
orang lain melalui pengaruh dan lain sebagainya.
Menurut
Daryanto (2011) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu
kelompok yang ada di organisasi, menuju kepada pencapaian tujuan. Sedangkan
kepala sekolah merupakan seorang tenaga professional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran. Dengan ini kepala sekolah bisa dikatakan sebagai pemimpin di satuan pendidikan
yang tugasnya menjalankan manajemen satuan pendidikan.
Menurut
Rivai (2008) Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, baik
didalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Sedangkan menurut Hasibuan
(2003) Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan
agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan organisasi.
Menurut
KBBI kepala sekolah dari dua kata “kepala dan sekolah”. Kata kepala diartikan
sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan sekolah
adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana kepala sekolah merupakan tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.
Dari
berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan
tertinggi lembaga pendidikan dalam lembaga pendidikan yang bertanggungjawab terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan kelancaran jalannya sekolah demi terwujudnya
tujuan sekolah. kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dan wewenang
untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan serta mendorong timbulnya
kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa
dalam melaksanakan tugas masing-masing demi kemajuan dan memberikan inspirasi
sekolah dalam mencapai tujuan.
B.
Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Untuk
mengetahui pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dalam instansi pendidikan,
maka perlu diketahui tugas ataufungsi kepala sekolah. Jika fungsi ini berjalan dengan
baik maka akan tercipta lingkungan instansi pendidikan yang kondusif, baik bagi
pendidik maupun peserta didik. Fungsi-fungsi ini mencakup:
1.
Kepala
sekolah sebagai Edukator
Sebagai edukator kepala
sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan oleh para guru. dalam hal ini faktor pengalaman akan mempengaruhi
profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam
mendukung terbentuknya pemahaman
tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya.
2.
Kepala
sekolah sebagai Manager
Sebagai manajer kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama. Memberikan kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Kepala sekolah harus bersikap demokratis dalam memberikan kesempatan kepada
seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
3.
Kepala
sekolah sebagai Administrator
Sebagai administrator kepala
sekolah memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan
seluruh program sekolah.
4.
Kepala
sekolah sebagai Supervisor
Sebagai supervisor
kepala sekolah harus mampu menyusun program yang secara khusus dapat membantu
guru dalam pengerjaan tugas sehari-harinya di sekolah.
5.
Kepala
sekolah sebagai Leader
Sebagai leader
kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan membuka komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas. Menurut (Wahjosumidjo, 1991) kepala sekolah sebagai
leader harus memiliki karakter khusuS mencakup kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman, dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan.
6.
Kepala
sekolah sebagai Inovator
Kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan agar mudah dalam mendapatkan gagasan baru. Kepala sekolah sebagai
innovator harus mampu mencari, menemukan,
dan melaksanakan berbagai pembaharuan di
sekolah.
Dari
penjelasan fungsi-fungsi kepala sekolah di atas dapat diketahui bahwa
kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Karena dengan adanya
kepemimpinan kepala sekolah tujuan, visi, misi yang telah disepakati bersama
bisa tercapai. Yaitu dengan mengarahkan civitas akademik untuk menjalankan
tugasnya.
Sedangkan
menurut Daryanto (2001), fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin
diantaranya :
1.
Kepala
sekolah sebagai penanggung jawab.
Kepala sekolah tidak
hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya
sekolah secara teknis
akademis saja, tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan
kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan
tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah pada perkembangan
dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah.
2.
Kepala
sekolah sebagai pimpinan sekolah.
Perumus tujuan kerja dan
pembuat kebijaksanaan sekolah dan pengatur tata kerja (mengorganisasi sekolah)
yang mencakup : (1) mengatur pembagian tugas dan wewenang, (2) mengatur petugas
pelaksana, dan (3)menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasikan).
3.
Kepala
sekolah sebagai supervisor.
Tugas kepala sekolah
sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan
syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala
sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana saja yang telah ada dan
tercukupi, dan mana yang kurang maksimal.
Menurut
Wahjosumidjo (2007) kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik
sehari-hari harus selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekan delapan fungsi
kepemimpinan didalam kehidupan sekolah :
1.
Menciptakan
kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi bawahannya.
2.
Menciptakan
rasa aman didalam lingkungan sekolah sehingga para guru dan orang-orang yang
menjadi bawahan dalam menjalankan tugasnya mereka merasa aman, bebas dari
perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan keamanan (providing
security).
3.
Memberi
saran, anjuran dan sugesti untuk memelihara serta meningkatkan semangat para
guru, staf dan siswa, rela berkorban demi menumbuhkan rasa kebersamaan dalam
melaksanakan tugas masing-masing.
4.
Bertanggung
jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru.
5.
Sebagai
katalistor, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru,
staf dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6.
Selalu
menjaga keterampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu terpercaya,
dihormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya.
7.
Membangkitka
semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga mereka menerima dan memahami
tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab kearah
tercapainya tujuan sekolah (inspiring).
8.
Selalu
dapat memperhatikan, menghargai apapun yang dihasilkan oleh paramereka yang
menjadi tanggung jawabnya.
C.
Gaya Dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam
memimpin sekolah tentunya masing-masing kepala sekolah punya gayanya
tersendiri. Secara umum terdapat lima gaya kepemimpinan
menurut Siagian (2002), yaitu:
1.
Tipe pemimpin yang otokratik
Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang :
a.
Menganggap organisasi sebagai
milik pribadi
b.
Mengidentikan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi
c.
Menganggap bahwa sebagai alat
semata-mata
d.
Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat
e.
Terlalu tergantung pada kekuasaan
formalnya
f.
Dalam tindaknya penggeraknya
sering mempergunakan approach yangmengandung unsur paksaan dan punitif
(bersifat menghukum)
2.
Tipe pemimpin yang militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang
pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
a.
Dalam menggerakan bawahannya
sistem perintah yang sering dipergunakan.
b.
Dalam menggerakan bawahannya
senang bergantung pada pangkat dan jabatan.
c.
Senang kepada formalitas yang
berlebih-lebihan.
d.
Menuntut disiplin yang tinggi dan
kaku dari bawahannya.
3.
Tipe pemimpin yang paternalistik
a.
Menganggap bahwa sebagai manusia
yang tidak dewasa.
b.
Bersikap terlalu melindungi.
c.
Jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
d.
Jarang memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk mengambil inisiatif.
e.
Jarang memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi.
f.
Sering bersikap mau tahu.
4.
Tipe pemimpin yang kharismatik
Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin
yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang
positif.
5.
Tipe pemimpin yang demokratik
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa
tipe pemimpin yang demokratis lah yang paling tepat untuk organisasi modern
karena:
a.
Ia senang menerima saran, pendapat
dan bahkan kritikan dari bawahan.
b.
Selalu berusaha mengutamakan
kerjasama tim dalam usaha mencapai tujuan.
c.
Selalu berusaha menjadikan lebih
sukses dari padanya.
d.
Selalu berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Sedangkan Robinss (2006) mengidentifikasi empat jenis gaya
kepemimpinan:
1.
Gaya kepemimpinan kharismatik
Dalam pandangan
kepemimpinan gaya ini, para pengikut terpacu kemampuan
kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika mereka mengamati
perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima karakteristik pokok
pemimpin kharismatik :
a.
Visi dan artikulasi. memiliki visi
ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap masa depan lebih baik dari pada
status quo, dan mampu mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang
lain.
b.
Riskio personal. Pemimpin
kharismatik bersedia menempuh risiko personal tinggi, menanggung biaya besar, dan
terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
c.
Peka terhadap lingkungan. Mereka
mampu menilai secara realistis kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk membuat perubahan.
d.
Kepekaan terhadap kebutuhan
pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif (sangat pengertian) terhadap kemampuan
orang lain dan responsive terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
e.
Perilaku tidak konvensional.
Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku yang dianggap baru dan berlawanan
dengan norma.
2.
Gaya kepemimpinan transaksional
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau
memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan
memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih
berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha
untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakteristik
pemimpin transaksional :
a. Imbalan kontingen: kontrak
pertukaran imbalan atas upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja
baik, mengakui pencapaian.
b. Manajemen berdasar pengecualian
(aktif): melihat dean mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh
tindakan perbaikan.
c. Manajemen berdasar pengecualian
(pasif): mengintervensi hanya jika standar tidak dipenuhi.
d. Laissez-Faire: melepas tanggung
jawab, menghindari pembuatan keputusan.
3.
Gaya
kepemimpinan transformasional
Pemimpin
transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan masing-masing
pengikut. Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan
persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan
cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami
para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.
Ada empat karakteristik pemimpin transformasional:
a. Kharisma: memberikan visi dan rasa
atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.
b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan
tinggi, menggunakan symbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud
penting secara sederhana.
c. Stimulasi intelektual: mendorong
intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara hati-hati.
d. Pertimbangan individual: memberikan
perhatian pribadi, melayani karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.
4.
Gaya
kepemimpinan visioner
Kemampuan menciptakan
dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa
depan organisasi yang tengah tumbuh dan membaik. Visi ini jika diseleksi dan
diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar yangbisa mengakibatkan
terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan keterampilan,
bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya.
Menurut Rivai (dalam Dian Narulita : 2019) ada tiga macam gaya
kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu:
1.
Gaya Kepemimpinan Otoriter. Gaya kepemimpinan
ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam
organisasi.
2.
Gaya Kepemimpinan Demokratis. Gaya kepemimpinan ini
ditandai oleh adanya suatu
struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3.
Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas. Gaya kepemimpinan ini
memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar,
pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan.
D.
Pendekatan Dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dikuti
dari situs Universitas Negeri Gorontalo terdapat empat pendekatan
dalam kepemimpinan,
yaitu :
1.
Pendekatan Sifat atau Trait
Approach
Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu
dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran
“Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin
dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan
belajar/ latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan
dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian
kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang
termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa. Kemudian timbul
teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory”(teori dari Fisik). Kemudian
timbul lagi bahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap
orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki
pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan
semacam ini dinamakan pendekatan sifat.
2.
Pendekatan perilaku atau Behavior
Approach
Pendekatan ini biasa memiliki peranan penting terhadap apa
yang dilakukan pemimpin, pemimpin bisa dianggap gagal maupun berhasil jika
memiliki suatu gaya bersikap dan bertindak dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang
memiliki perilaku baik biasanya dapat menjalankan berbagai tugas dan bisa
menjadi contoh yang relatif baik serta mampu berkomunikasi baik dengan bawahnnya.
Maka dari hal ini pendekatan perilaku penting untuk dilakukan langsung oleh
pemimpin. Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang
penting tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya
kepemimpinan itu cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan
kegiatan tersebut pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik,
menghargai pendapatdan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya
kepemimpinan demokratis.
3.
Pendekatan Kontingensi.
Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best
Way”(Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat
dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya
tiap-tiap organisasi memiliki ciri khusus bahkan organisasi yang sejenis akan
menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan
perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan perilaku
tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan
perilaku kepepimpinan yang berbeda.Organisasi adalah suatu system yang terdiri
dari sub sistem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi
menunjukkan pendekatan dalam organisasi adanya antar hubungan dalam sub system
yang terdiri dari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya.
Kontingensi berpandangan bahwa azas-azas organisasi bersifat universal. Apabila
dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi
adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri.
4.
Pendekatan Situasional
Konsep ini dikembangkan untuk membantu orang menjalankan
kepemimpinan dengan memperhatikan peranannya. Konsepsional melengkapi pemimpin
dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan dan tingkat kematangan
para pengikutnya. Penekanan dalam situasional ini hanyalah berlaku pada
pemimpin dan bawahannya saja. Karna bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya
dapat menentukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin. Sebuah pendekatan
yang mana dilakukan pemimpin dengan memperhatikan berbagai situasi yang ada
ketika pekerjaan berjalan, pemimpin harus bisa memanfaatkan berbagai situasi
dalam kepemimpinannya agar memiliki hubungan baik dengan para bawahannya. Maka
dari hal ini pentingnya pendekatan situasional.
E.
Kepemimpinan Yang Efektif
Kepemimpinan
adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang ada hubunganya dengan
pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Definisi ini mengandung tiga implikasi
penting, yaitu, (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan
atau pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara
pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang karena anggota kelompok bukanlah
tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan
yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai
cara.
Menjadi
seorang pemimpin yang efektif secara alami hanya memerlukan seseorang untuk
berhenti berusaha menjadi orang lain atau beberapa kombinasi dari orang lain.
Tentu saja pemimpin yang efektif mulai dengan menjadi diri sendiri. Menurut
Gayla Hodge (2009) dalam Sudarwan Danim bahwa karakteristik pemimpin yang
efektif adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki
Visi, pemimpin dapat melihat kemana organisasi harus pergi sebelum orang lain
melakukannya.
2.
Memiliki
fokus untuk mencapai tujuan, pemimpin melakukan apa yang masuk akal dan bekerja
dengan basis keunggulan
3.
Memenangi
dukungan, memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka
sebagai individu.
4.
Secara
alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya, pemimpin mengambil
waktu untuk benar-benar tahu diri mereka sendiri.
5.
Tahu
bagaimana mereka bekerja, pemimpin belajar dari keberhasilan dan kegagalan,
mengasah kemampuan, mengintegrasikan pengalaman, keteranpilan, kompetensi dan
kesadaran dirinya.
6.
Secara
alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan
7.
Tidak
mencoba menjadi orang lain, seorang pemimpin memahami bahwa bekerja untuk diri
sendiri hanya seketika berada pada posisi terbaiknya.
8.
Mencari
orang-orang dengan berbagai ciri efektivitas alam, pemimpin tidak hanya
menghargai orang lain, melainkan juga bergantung pada orang lain untuk mengisi
kekosongan.
9.
Menarik
orang lain, pemimpin dari orang-orang ingin bekerja untuk dengan mereka. Mengembangkan kekuatan,
dimana pemimpin membangun kekuatan diri sendiri sambil berusaha untuk
memperbaiki kelemahannya
F.
Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kinerja
Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan yang sangat mempengaruhi motivasi
kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya. Kegagalan dan keberhasilan
sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah
merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju
tujuannya.
Tugas
kepala sekolah dalam hal memotivasi kinerja guru yaitu 1) sebagai manajer, 2) pemimpin
pengajaran, 3) pemeliharaan disiplin, 4) fasilitator dalam hubungan
kemanusiaan, 5) agen pembaharuan, dan 6) menengah konflik sehingga kepala
sekolah berkewajiban untuk menciptakan hubungan kerja yang baik sehingga dapat
meningkatkan kinerja guru (Supriyo, 2015).
Salah
satu faktor yang mempengaruhi motivasi kinerja guru adalah dari faktor
kepemimpinan. Berikut faktor kepemimpinan apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi
kinerja guru, yaitu :
1.
Kepala sekolah berusaha menjadi
teladan yang baik
2.
kepala sekolah berusaha untuk
memotivasi guru dengan menetapkan standar kerja yang tinggi yang berbasis pada
peningkatan mutu.
3.
Kepala
sekolah mejadi pemimpin yang demokratik karean terbuka dengan masukan dari bawahannya.
senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari
bawahan
4.
Kepala
sekolah mempunyai pendirian dalam pengambilan keputusan yang akan diambil.
5.
Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan tanggung jawab guru, yaitu Kepala sekolah juga memberikan penghargaan, insentif, dan kesejahteraan
lain yang luar dari kesejahteraan sertifikasi yang telah ditetapkan dalam skala nasional.
Dengan adanya penghargaan, insentif, dan kesejahteraan tersebut diharapkan dapat
menambah kebutuhan-kebutahan lain yang kian meningkat.
6.
kepala
sekolah selalu mengomunikasikan dan memberikan arahan dengan bahasa sederhana
kepada guru yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling membutuhkan, dan
berkepentingan, serta kreatif dalam menggerakkan guru.
7.
Kepala sekolah selalu memberikan
gagasan dan ide inovatif untuk guru sehingga meningkatkan kinerja guru. Kepemimpinan kepala
sekolah yang mampu memberdayakan guru dapat dijadikan sebagai panutan, bersedia
mendengarkan keluhan guru dan menerima koreksi dari guru dapat menumbuhkan motivasi kerja guru.
8.
Kepala
sekolah harus mampu menciptakan suasana yang inovatif dan kondusif dalam melaksanakan
kegiatan di sekolah.
9.
Kepala
sekolah selalu bersikap menyapa dan ramah kepada setiap guru dan murid serta
orang tua murid.
10.
Kepala
sekolah yang selalu menempatkan diri sebagai teman sekaligus pengayom bagi guru
dan tenaga kependidikan lainnya serta siswa
PENUTUP
Berdasarkan deskripsi
teori-teori tentang kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
suatu cara yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi sekelompok
orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat
dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain, baik di
dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dalam suatu situasi dan kondisi dapat dilihat dari bagaimana seorang pemimpin
dapat mempengaruhi bawahannya untuk bekerjasama menghasilkan pekerjaan yang efektif
dan efisien.
Kepemimpinan melalui
gaya kepemimpinan yang diterapkan pada anggotanya akan mempengaruhi kinerja guru.
Pimpinan dituntut untuk mampu menciptakan kondisi atau keadaan yang baik guna
memberikan rangsangan bagi anggota untuk dapat bekerja dengan optimal.
Kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan akan menciptakan iklim
kerja yang baik. Dengan terciptanya iklim kerja yang baik maka guru akan
bersemangat bekerja. Hal ini akan berdampak positif terhadap kinerja. Menurut
Hasibuan (2008), kepemimpinan yang ditetapkan oleh seorang pemimpin dalam
organisasi (dalam hal ini sekolah) dapat menciptakan integrasi yang serasi dan
mendorong gairah kerja guru untuk mencapai hasil yang optimal. Kepemimpinan
adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto.
2001. Evaluas Pendidikani.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Daryanto. 2011. Model Pembelajaran. Bandung : PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera
https://mahasiswa.ung.ac.id/561420016/home/2022/9/26/pendekatan-dalam-kepemimpinan.html
Moedjiono, Imam. 2022.
Kepemimpinan dan Keorganisasian. UII
Press.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2oo8 Tentang guru.
Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku organisasi. Edisi
Bahasa Indonesia. Jakart : Indeks
Kelompok GRAMEDIA
Siagian
P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta :
Rineka Cipta.
Supriyo. 2015. Motivasi Kerja Guru Smp Negeridi Kota
Semarang. Cakrawala Pendidikan,34(1). Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/4173/pdf.
Tristina, Dian Narulita dan Suwignyo Widadagdo. 2019.
Kepemimpinan dan dan Kinerja Seri Praktis Peningkatan Kinerja Guru. Ponorogo :
Wade Group.
Wahjosumidjo.
2007. Kepemimpinan
kepala sekolah. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Zuryati, Djailani AR, Dr. Nasir Usman. 2015. Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada SDN 7 Muara Dua Lhoksuemawe.
Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume 3,
No. 2. Darussalam, Banda Aceh
Dalam sebuah organisasi
atau lembaga peran seorang pemimpin sangat vital dalam menentukan organisasi
atau lembaga tersebut untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan. Maju
mundurnya suatu organisasi atau lembaga ditentukan oleh kualitas dan kemampuan
pemimpin dalam memimpin dan membawa organisasinya. Dikutip dalam situs UGM, disebutkan
bahwa pemimpin adalah agen perubahan, yaitu seseorang yang bertindak untuk mempengaruhi
orang lain lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi dirinya. Sedangakan menurut
Daryanto (2011) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu
kelompok yang ada di organisasi, menuju kepada pencapaian tujuan.
Dalam lembaga sekolah, kepala
sekolah mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pemimpin dalam menggerakkan
kehidupan sekolah untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap
maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya. Pada tingkat operasional, kepala sekolah
adalah orang yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya peningkatan-peningkatan
sekolah yang bermutu.
Sekolah sebagai
institusi pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dalam peningkatan mutu, perlu dikelola, diatur, ditata dan
diberdayakan, agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Jika
dilihat secara internal, maka sekolah memiliki perangkat pendidikan berupa guru,
murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Sedangkan jika dilihat secara
eksternal, maka sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik
secara vertikal maupun horizontal. Kepemimpinan kepala sekolah juga merupakan
cara kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan
mengerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain untuk bekerja
serta guna mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan kepala
sekolah merupakan komponen yang sangat penting, karena kepala sekolah berperan
dalam sistem pengelolaan sekolah, mengarahkan dari input, proses dan output
pendidikan di sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah denngan seluruh
substansinya, disamping itu kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber
daya yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Begitu beratnya tugas
seorang kepala sekolah yang ditugaskan untuk mengkoordinir seluruh kegiatan di
sekolah . Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 yang didalamnya menyatakan
bahwa kepala sekolah tidak lagi dibebani tugas mengajar. Kepala Sekolah bukan
lagi sebagai tugas tambahan. Disebutkan dalam pasal 54 ayat 1 bahwa beban kerja
kepala satuan pendidikan sepenuhnya untuk melaksanakan tugas menajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.
Karena begitu urgennya seorang kepala sekolah yang merupakan faktor utama kunci
keberhasilan dalam kemajuan sekolah maka perlu diketahui secara lebih detail
tentang konsep kepala sekolah tersebut.
Menurut Zuryati dkk
(2015) menyebutkan bahwa tugas pokok kepala sekolah terdiri dari pencipta
komunitas pembelajar, leader, manager, dan supervisor. Tugas kepala sekolah
sebagai leader merefleksikan tugasnya sebagai inovator, dan motivator.
Sedangkan tugas kepala sekolah sebagai manager mereprentasikan tugas kepala
sekolah sebagai administrator, karena kegiatan catat-mencatat merupakan salah
satu fungsi manager yaitu reporting. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor
adalah melaksanakan supervisi, yaitu kegiatan profesional dalam rangka
meningkatkan kualitas sekolah dan komponennya secara keseluruhan.
Sebagai pemimpin, kepala
sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan dengan
menggerakkan bawahannya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan
maupun penciptaan iklim dan budaya sekolah yang kondusif bagi terlaksananya
proses belajar mengajar secara efektif, efisien dan produktif. Demikian juga
dengan komponen pendidikan yang ada dalam lembaga pendidikan yang dipimpin
seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah harus memperhatikan kesembilan
komponen penting dalam pendidikan, yaitu Pendidik, murid, materi pendidikan,
perbuatan mendidik, metode pendidikan, evaluasi pendidikan, tujuan pendidikan,
alat-alat pendidikan, dan lingkungan Pendidikan.
Seperti disebutkan di
atas, bahwa tugas kepala sekolah sebagai pemimpin adalah sebagai pengatur bagi
pendidik dan tenaga pendidik yang ada di unit kerjanya. Sebagai pimpinan
seorang kepala sekolah harus mampu sebagai motor penggerak bagi bawahannya,
yaitu dapat memberikan motivasi kepada guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya
yang bermuara pada pencapaian mutu Pendidikan di sekolahnya. Model dan
pendekatan kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah akan sangat
menentukan kemajuan lembaga sekolah yang dipimpinnya, termasuk akan
mempengaruhi semangat dan motivasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan
dalam menjalankan tugasnya.
Dalam peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2017 disebutkan bahwa Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk
mendukung tugas guru tersebut dibutuhkan sosok pemimpin kepala sekolah yang
dapat mengimplementasikan gaya kepemimpinannya yang efektif untuk mendukung dan
dapat meningkatkan motivasi kinerjanya sebagai seorang guru. Sehingga kehadiran
kepala sekolah akan menambah semangat kerja bagi para guru yang ada di sekolah.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut
Daryanto (2011) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu
kelompok yang ada di organisasi, menuju kepada pencapaian tujuan. Sedangkan
kepala sekolah merupakan seorang tenaga professional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran. Dengan ini kepala sekolah bisa dikatakan sebagai pemimpin di satuan pendidikan
yang tugasnya menjalankan manajemen satuan pendidikan.
Menurut Rivai (2008) Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, baik didalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Sedangkan menurut Hasibuan (2003) Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut
KBBI kepala sekolah dari dua kata “kepala dan sekolah”. Kata kepala diartikan
sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan sekolah
adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana kepala sekolah merupakan tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.
Dari
berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan
tertinggi lembaga pendidikan dalam lembaga pendidikan yang bertanggungjawab terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan kelancaran jalannya sekolah demi terwujudnya
tujuan sekolah. kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dan wewenang
untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan serta mendorong timbulnya
kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa
dalam melaksanakan tugas masing-masing demi kemajuan dan memberikan inspirasi
sekolah dalam mencapai tujuan.
B.
Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Untuk
mengetahui pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dalam instansi pendidikan,
maka perlu diketahui tugas ataufungsi kepala sekolah. Jika fungsi ini berjalan dengan
baik maka akan tercipta lingkungan instansi pendidikan yang kondusif, baik bagi
pendidik maupun peserta didik. Fungsi-fungsi ini mencakup:
1.
Kepala
sekolah sebagai Edukator
Sebagai edukator kepala
sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan oleh para guru. dalam hal ini faktor pengalaman akan mempengaruhi
profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam
mendukung terbentuknya pemahaman
tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya.
2.
Kepala
sekolah sebagai Manager
3.
Kepala
sekolah sebagai Administrator
Sebagai administrator kepala
sekolah memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan
seluruh program sekolah.
4.
Kepala
sekolah sebagai Supervisor
Sebagai supervisor
kepala sekolah harus mampu menyusun program yang secara khusus dapat membantu
guru dalam pengerjaan tugas sehari-harinya di sekolah.
5.
Kepala
sekolah sebagai Leader
Sebagai leader
kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan membuka komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas. Menurut (Wahjosumidjo, 1991) kepala sekolah sebagai
leader harus memiliki karakter khusuS mencakup kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman, dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan.
6.
Kepala
sekolah sebagai Inovator
Kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan agar mudah dalam mendapatkan gagasan baru. Kepala sekolah sebagai
innovator harus mampu mencari, menemukan,
dan melaksanakan berbagai pembaharuan di
sekolah.
Dari
penjelasan fungsi-fungsi kepala sekolah di atas dapat diketahui bahwa
kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Karena dengan adanya
kepemimpinan kepala sekolah tujuan, visi, misi yang telah disepakati bersama
bisa tercapai. Yaitu dengan mengarahkan civitas akademik untuk menjalankan
tugasnya.
Sedangkan
menurut Daryanto (2001), fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin
diantaranya :
1.
Kepala
sekolah sebagai penanggung jawab.
Kepala sekolah tidak
hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya
sekolah secara teknis
akademis saja, tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan
kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan
tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah pada perkembangan
dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah.
2.
Kepala
sekolah sebagai pimpinan sekolah.
Perumus tujuan kerja dan
pembuat kebijaksanaan sekolah dan pengatur tata kerja (mengorganisasi sekolah)
yang mencakup : (1) mengatur pembagian tugas dan wewenang, (2) mengatur petugas
pelaksana, dan (3)menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasikan).
3.
Kepala
sekolah sebagai supervisor.
Tugas kepala sekolah
sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan
syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala
sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana saja yang telah ada dan
tercukupi, dan mana yang kurang maksimal.
Menurut
Wahjosumidjo (2007) kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik
sehari-hari harus selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekan delapan fungsi
kepemimpinan didalam kehidupan sekolah :
1.
Menciptakan
kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi bawahannya.
2.
Menciptakan
rasa aman didalam lingkungan sekolah sehingga para guru dan orang-orang yang
menjadi bawahan dalam menjalankan tugasnya mereka merasa aman, bebas dari
perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan keamanan (providing
security).
3.
Memberi
saran, anjuran dan sugesti untuk memelihara serta meningkatkan semangat para
guru, staf dan siswa, rela berkorban demi menumbuhkan rasa kebersamaan dalam
melaksanakan tugas masing-masing.
4.
Bertanggung
jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru.
5.
Sebagai
katalistor, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru,
staf dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6.
Selalu
menjaga keterampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu terpercaya,
dihormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya.
7.
Membangkitka
semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga mereka menerima dan memahami
tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab kearah
tercapainya tujuan sekolah (inspiring).
8.
Selalu
dapat memperhatikan, menghargai apapun yang dihasilkan oleh paramereka yang
menjadi tanggung jawabnya.
C.
Gaya Dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam
memimpin sekolah tentunya masing-masing kepala sekolah punya gayanya
tersendiri. Secara umum terdapat lima gaya kepemimpinan
menurut Siagian (2002), yaitu:
1.
Tipe pemimpin yang otokratik
Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang :
a.
Menganggap organisasi sebagai
milik pribadi
b.
Mengidentikan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi
c.
Menganggap bahwa sebagai alat
semata-mata
d.
Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat
e.
Terlalu tergantung pada kekuasaan
formalnya
f.
Dalam tindaknya penggeraknya
sering mempergunakan approach yangmengandung unsur paksaan dan punitif
(bersifat menghukum)
2.
Tipe pemimpin yang militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang
pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
a.
Dalam menggerakan bawahannya
sistem perintah yang sering dipergunakan.
b.
Dalam menggerakan bawahannya
senang bergantung pada pangkat dan jabatan.
c.
Senang kepada formalitas yang
berlebih-lebihan.
d.
Menuntut disiplin yang tinggi dan
kaku dari bawahannya.
3.
Tipe pemimpin yang paternalistik
a.
Menganggap bahwa sebagai manusia
yang tidak dewasa.
b.
Bersikap terlalu melindungi.
c.
Jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
d.
Jarang memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk mengambil inisiatif.
e.
Jarang memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi.
f.
Sering bersikap mau tahu.
4.
Tipe pemimpin yang kharismatik
Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin
yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang
positif.
5.
Tipe pemimpin yang demokratik
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa
tipe pemimpin yang demokratis lah yang paling tepat untuk organisasi modern
karena:
a.
Ia senang menerima saran, pendapat
dan bahkan kritikan dari bawahan.
b.
Selalu berusaha mengutamakan
kerjasama tim dalam usaha mencapai tujuan.
c.
Selalu berusaha menjadikan lebih
sukses dari padanya.
d.
Selalu berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Sedangkan Robinss (2006) mengidentifikasi empat jenis gaya
kepemimpinan:
1.
Gaya kepemimpinan kharismatik
Dalam pandangan
kepemimpinan gaya ini, para pengikut terpacu kemampuan
kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika mereka mengamati
perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima karakteristik pokok
pemimpin kharismatik :
a.
Visi dan artikulasi. memiliki visi
ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap masa depan lebih baik dari pada
status quo, dan mampu mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang
lain.
b.
Riskio personal. Pemimpin
kharismatik bersedia menempuh risiko personal tinggi, menanggung biaya besar, dan
terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
c.
Peka terhadap lingkungan. Mereka
mampu menilai secara realistis kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk membuat perubahan.
d.
Kepekaan terhadap kebutuhan
pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif (sangat pengertian) terhadap kemampuan
orang lain dan responsive terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
e.
Perilaku tidak konvensional.
Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku yang dianggap baru dan berlawanan
dengan norma.
2.
Gaya kepemimpinan transaksional
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau
memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan
memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih
berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha
untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakteristik
pemimpin transaksional :
a. Imbalan kontingen: kontrak
pertukaran imbalan atas upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja
baik, mengakui pencapaian.
b. Manajemen berdasar pengecualian
(aktif): melihat dean mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh
tindakan perbaikan.
c. Manajemen berdasar pengecualian
(pasif): mengintervensi hanya jika standar tidak dipenuhi.
d. Laissez-Faire: melepas tanggung
jawab, menghindari pembuatan keputusan.
3.
Gaya
kepemimpinan transformasional
Pemimpin
transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan masing-masing
pengikut. Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan
persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan
cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami
para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.
Ada empat karakteristik pemimpin transformasional:
a. Kharisma: memberikan visi dan rasa
atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.
b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan
tinggi, menggunakan symbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud
penting secara sederhana.
c. Stimulasi intelektual: mendorong
intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara hati-hati.
d. Pertimbangan individual: memberikan
perhatian pribadi, melayani karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.
4.
Gaya
kepemimpinan visioner
Kemampuan menciptakan
dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa
depan organisasi yang tengah tumbuh dan membaik. Visi ini jika diseleksi dan
diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar yangbisa mengakibatkan
terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan keterampilan,
bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya.
Menurut Rivai (dalam Dian Narulita : 2019) ada tiga macam gaya
kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.
2.
Gaya Kepemimpinan Demokratis. Gaya kepemimpinan ini
ditandai oleh adanya suatu
struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3.
Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas. Gaya kepemimpinan ini
memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar,
pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan.
D.
Pendekatan Dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dikuti
dari situs Universitas Negeri Gorontalo terdapat empat pendekatan
dalam kepemimpinan,
yaitu :
1.
Pendekatan Sifat atau Trait
Approach
Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu
dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran
“Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin
dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan
belajar/ latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan
dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian
kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang
termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa. Kemudian timbul
teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory”(teori dari Fisik). Kemudian
timbul lagi bahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap
orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki
pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan
semacam ini dinamakan pendekatan sifat.
2.
Pendekatan perilaku atau Behavior
Approach
Pendekatan ini biasa memiliki peranan penting terhadap apa
yang dilakukan pemimpin, pemimpin bisa dianggap gagal maupun berhasil jika
memiliki suatu gaya bersikap dan bertindak dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang
memiliki perilaku baik biasanya dapat menjalankan berbagai tugas dan bisa
menjadi contoh yang relatif baik serta mampu berkomunikasi baik dengan bawahnnya.
Maka dari hal ini pendekatan perilaku penting untuk dilakukan langsung oleh
pemimpin. Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang
penting tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya
kepemimpinan itu cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan
kegiatan tersebut pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik,
menghargai pendapatdan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya
kepemimpinan demokratis.
3.
Pendekatan Kontingensi.
Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best
Way”(Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat
dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya
tiap-tiap organisasi memiliki ciri khusus bahkan organisasi yang sejenis akan
menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan
perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan perilaku
tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan
perilaku kepepimpinan yang berbeda.Organisasi adalah suatu system yang terdiri
dari sub sistem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi
menunjukkan pendekatan dalam organisasi adanya antar hubungan dalam sub system
yang terdiri dari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya.
Kontingensi berpandangan bahwa azas-azas organisasi bersifat universal. Apabila
dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi
adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri.
4.
Pendekatan Situasional
Konsep ini dikembangkan untuk membantu orang menjalankan
kepemimpinan dengan memperhatikan peranannya. Konsepsional melengkapi pemimpin
dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan dan tingkat kematangan
para pengikutnya. Penekanan dalam situasional ini hanyalah berlaku pada
pemimpin dan bawahannya saja. Karna bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya
dapat menentukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin. Sebuah pendekatan
yang mana dilakukan pemimpin dengan memperhatikan berbagai situasi yang ada
ketika pekerjaan berjalan, pemimpin harus bisa memanfaatkan berbagai situasi
dalam kepemimpinannya agar memiliki hubungan baik dengan para bawahannya. Maka
dari hal ini pentingnya pendekatan situasional.
E.
Kepemimpinan Yang Efektif
Kepemimpinan
adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang ada hubunganya dengan
pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Definisi ini mengandung tiga implikasi
penting, yaitu, (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan
atau pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara
pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang karena anggota kelompok bukanlah
tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan
yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai
cara.
Menjadi
seorang pemimpin yang efektif secara alami hanya memerlukan seseorang untuk
berhenti berusaha menjadi orang lain atau beberapa kombinasi dari orang lain.
Tentu saja pemimpin yang efektif mulai dengan menjadi diri sendiri. Menurut
Gayla Hodge (2009) dalam Sudarwan Danim bahwa karakteristik pemimpin yang
efektif adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki
Visi, pemimpin dapat melihat kemana organisasi harus pergi sebelum orang lain
melakukannya.
2.
Memiliki
fokus untuk mencapai tujuan, pemimpin melakukan apa yang masuk akal dan bekerja
dengan basis keunggulan
3.
Memenangi
dukungan, memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka
sebagai individu.
4.
Secara
alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya, pemimpin mengambil
waktu untuk benar-benar tahu diri mereka sendiri.
5.
Tahu
bagaimana mereka bekerja, pemimpin belajar dari keberhasilan dan kegagalan,
mengasah kemampuan, mengintegrasikan pengalaman, keteranpilan, kompetensi dan
kesadaran dirinya.
6.
Secara
alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan
7.
Tidak
mencoba menjadi orang lain, seorang pemimpin memahami bahwa bekerja untuk diri
sendiri hanya seketika berada pada posisi terbaiknya.
8.
Mencari
orang-orang dengan berbagai ciri efektivitas alam, pemimpin tidak hanya
menghargai orang lain, melainkan juga bergantung pada orang lain untuk mengisi
kekosongan.
9. Menarik orang lain, pemimpin dari orang-orang ingin bekerja untuk dengan mereka. Mengembangkan kekuatan, dimana pemimpin membangun kekuatan diri sendiri sambil berusaha untuk memperbaiki kelemahannya
F.
Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kinerja
Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan yang sangat mempengaruhi motivasi
kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya. Kegagalan dan keberhasilan
sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah
merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju
tujuannya.
Tugas
kepala sekolah dalam hal memotivasi kinerja guru yaitu 1) sebagai manajer, 2) pemimpin
pengajaran, 3) pemeliharaan disiplin, 4) fasilitator dalam hubungan
kemanusiaan, 5) agen pembaharuan, dan 6) menengah konflik sehingga kepala
sekolah berkewajiban untuk menciptakan hubungan kerja yang baik sehingga dapat
meningkatkan kinerja guru (Supriyo, 2015).
Salah
satu faktor yang mempengaruhi motivasi kinerja guru adalah dari faktor
kepemimpinan. Berikut faktor kepemimpinan apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi
kinerja guru, yaitu :
1.
Kepala sekolah berusaha menjadi
teladan yang baik
2.
kepala sekolah berusaha untuk
memotivasi guru dengan menetapkan standar kerja yang tinggi yang berbasis pada
peningkatan mutu.
3.
Kepala
sekolah mejadi pemimpin yang demokratik karean terbuka dengan masukan dari bawahannya.
senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari
bawahan
4.
Kepala
sekolah mempunyai pendirian dalam pengambilan keputusan yang akan diambil.
5.
Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan tanggung jawab guru, yaitu Kepala sekolah juga memberikan penghargaan, insentif, dan kesejahteraan
lain yang luar dari kesejahteraan sertifikasi yang telah ditetapkan dalam skala nasional.
Dengan adanya penghargaan, insentif, dan kesejahteraan tersebut diharapkan dapat
menambah kebutuhan-kebutahan lain yang kian meningkat.
6.
kepala
sekolah selalu mengomunikasikan dan memberikan arahan dengan bahasa sederhana
kepada guru yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling membutuhkan, dan
berkepentingan, serta kreatif dalam menggerakkan guru.
7.
Kepala sekolah selalu memberikan
gagasan dan ide inovatif untuk guru sehingga meningkatkan kinerja guru. Kepemimpinan kepala
sekolah yang mampu memberdayakan guru dapat dijadikan sebagai panutan, bersedia
mendengarkan keluhan guru dan menerima koreksi dari guru dapat menumbuhkan motivasi kerja guru.
8.
Kepala
sekolah harus mampu menciptakan suasana yang inovatif dan kondusif dalam melaksanakan
kegiatan di sekolah.
9.
Kepala
sekolah selalu bersikap menyapa dan ramah kepada setiap guru dan murid serta
orang tua murid.
10.
Kepala
sekolah yang selalu menempatkan diri sebagai teman sekaligus pengayom bagi guru
dan tenaga kependidikan lainnya serta siswa
PENUTUP
Berdasarkan deskripsi
teori-teori tentang kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
suatu cara yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi sekelompok
orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat
dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain, baik di
dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dalam suatu situasi dan kondisi dapat dilihat dari bagaimana seorang pemimpin
dapat mempengaruhi bawahannya untuk bekerjasama menghasilkan pekerjaan yang efektif
dan efisien.
Kepemimpinan melalui
gaya kepemimpinan yang diterapkan pada anggotanya akan mempengaruhi kinerja guru.
Pimpinan dituntut untuk mampu menciptakan kondisi atau keadaan yang baik guna
memberikan rangsangan bagi anggota untuk dapat bekerja dengan optimal.
Kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan akan menciptakan iklim
kerja yang baik. Dengan terciptanya iklim kerja yang baik maka guru akan
bersemangat bekerja. Hal ini akan berdampak positif terhadap kinerja. Menurut
Hasibuan (2008), kepemimpinan yang ditetapkan oleh seorang pemimpin dalam
organisasi (dalam hal ini sekolah) dapat menciptakan integrasi yang serasi dan
mendorong gairah kerja guru untuk mencapai hasil yang optimal. Kepemimpinan
adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto.
2001. Evaluas Pendidikani.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Daryanto. 2011. Model Pembelajaran. Bandung : PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera
https://mahasiswa.ung.ac.id/561420016/home/2022/9/26/pendekatan-dalam-kepemimpinan.html
Moedjiono, Imam. 2022.
Kepemimpinan dan Keorganisasian. UII
Press.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2oo8 Tentang guru.
Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku organisasi. Edisi
Bahasa Indonesia. Jakart : Indeks
Kelompok GRAMEDIA
Siagian
P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta :
Rineka Cipta.
Supriyo. 2015. Motivasi Kerja Guru Smp Negeridi Kota
Semarang. Cakrawala Pendidikan,34(1). Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/4173/pdf.
Tristina, Dian Narulita dan Suwignyo Widadagdo. 2019.
Kepemimpinan dan dan Kinerja Seri Praktis Peningkatan Kinerja Guru. Ponorogo :
Wade Group.
Wahjosumidjo.
2007. Kepemimpinan
kepala sekolah. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Zuryati, Djailani AR, Dr. Nasir Usman. 2015. Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada SDN 7 Muara Dua Lhoksuemawe.
Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume 3,
No. 2. Darussalam, Banda Aceh